English Version

Baca Juga

Friday, January 10, 2014

Pretend Play As A Deep Trance Identification


By on 6:33 PM



Kemarin saya sempat menonton pertandingan sepakbola SEA Games antara Indonesia dan tuan rumah…saat itu salah seorang pemain Indonesia menggiring bola dari sayap kanan dan pada saat yang tepat dia memberikan umpan silang yang manis didepan gawang lawan…dan penyerang Indonesia melompat tinggi dan mencoba menyundul…tapi nyaris saja dia berhasil menyundul bola tersebut…tanpa saya sadari…badan saya sedikit tegak dan kepala sedikit bergerak ke depan..seolah-olah saya juga ingin ikut menyundulnya


Pernah juga beberapa waktu yang lalu saya ikut mobil rekan saya dan saya duduk di sampingnya..rekan saya ini cukup cepat mengendarai mobilnya…dan tiba-tiba saja di depan mobil kami ada anak sekolah yang akan menyeberang ,secara spontan teman saya menginjak rem…tanpa saya sadari..ternyata kaki kanan saya ikut bergerak, seolah-olah saya juga ikut membantu menginjak rem

Beberapa contoh tersebut, mungkin sering juga kita alami dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut merupakan salah satu contoh Deep Trance Identification (DTI) dalam kehidupan sehari-hari dan hal itu menunjukkan bahwa sebenarnya DTI tersebut merupakan hal yang alami atau natural. Memang DTI termasuk salah satu dari Hypnotic Phenomena. Hal yang sama juga terjadi saat kita menonton di bioskop apalagi yang telah dilengkapi dengan teknologi 3D membuat Pengalaman DTI semakin terasa. Atau mungkin saat kita masih kecil dan mengidolakan sang ayah, maka sang anak dengan lantangnya mengatakan “ Ayah saya orang yang hebat…saya mau seperti ayah!”.

Pada dasarnya, Deep Trance Identification juga merupakan proses modelling yaitu memodel seseorang yang dianggap mempunyai skill yang excellent atau mumpuni. Untuk bisa melakukannya, dibutuhkan beberapa persiapan sebelumnya. Sebaiknya kita harus mempunyai informasi yang banyak dan detail tentang orang yang akan kita jadikan sebagai model, lebih baik lagi jika anda mempunyai filenya dalam bentuk video. Anda bisa memutar video tersebut berulang-ulang sampai Anda bisa menemukan beberapa informasi penting tentang dirinya, misalnya bagaimana cara ataupun postur tubuhnya saat berdiri ataupun berjalan, termasuk juga bagaimana dengan intonasi suaranya.

Oleh karena DTI termasuk deep trance phenomena, maka biasanya Richard Bandler sebelum memutuskan dan melakukan DTI, dia terlebih dahulu meng-elicit hypnotic phenomena yang lain seperti amnesia, age regression dll. Setelah cukup dan subjek dianggap eligible untuk dilakukan DTI maka Richard Bandler baru memulainya.

Richard Bandler memulai dengan meng-elicit amnesia yaitu melupakan identitas diri subjek, setelah itu melakukan age regression dengan cara meminta untuk membayangkan sementara membuka buku alumni atau foto album keluarga atau memorabilia. Secara perlahan-perlahan, subjek diregressi hingga usia 6 tahun misalnya. Tidak dijelaskan alasan mengapa meregressinya ke usia 6 tahun, mungkin karena pada usia tersebut proses identifikasi atau personalisasi pada anak sangat menonjol.

Hal yang sedikit berbeda dengan apa yang dilakukan oleh John Overduff.  Subjek hanya diminta membayangkan orang yang akan dimodel lalu masuk ke dalam orang yang bersangkutan. Kemudian diminta untuk melihat dan mendengar sesuai persepsi orang yang dimodel.  Setelah itu integrasikan kembali dan keluar kembali dari orang tersebut.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah berusaha untuk melakukan future pacing dan cek ekologis untuk memastikan bahwa kondisi yang ada sudah sesuai dengan yang kita inginkan. Agar bisa melakukan DTI secara efektif maka sebelumnya kita perlu juga membuat ideomotor signal yaitu yes atau no response. Arm levitation bisa juga kita lakukan untuk mengetahui dan memastikan proses identifikasi telah terjadi. Hal ini akan mempermudah kita memandu seseorang secara bertahap.

Bisa dibayangkan bagaimana powerfulnya DTI ini jika dilakukan atau diterapkan oleh seorang guru kepada muridnya. Seperti yang telah dilakukan dan dikembangkan oleh Prof. Makoto Shichida, salah seorang pelopor otak kanan di Jepang dan sekaligus di dunia. Salah satu metode yang paling dianjurkan dan dilatih pada anak-anak kita lebih untuk mengembangkan dan sekaligus memanfaatkan potensi otak kanan, prof.shichida senantiasa menganjurkan untuk melakukan image training yaitu “Pretend play” terutama pada anak yang berusia 0-6 tahun.

Pretend play dapat dilakukan dengan terlebih dahulu meminta anak untuk menutup mata lalu menarik napas yang dalam dan mengeluarkannya perlahan-lahan. Setelah dirasa cukup, anak-anak sudah merasa rileks dan nyaman, barulah proses imajinasi terpandu dilakukan. Pada anak-anak proses imajinasi lebih mudah dilakukan dengan pendekatan “berpura-pura” atau pretend play. Misalnya anak-anak diminta untuk berpura-pura menjadi mahluk yang kecil. Setelah memastikan anak Anda telah melakukannya dengan baik, lalu minta untuk masuk ke dalam jeruk dan merasakan bagaimana manisnya jeruk tersebut dan minta menghitung berapa jumlah biji di dalamnya. Paling baik jika proses ini dilakukan dengan berbasis panca indera atau VAKOG. Setelah itu, mintalah anak anda membuka matanya dan memintanya untuk menceritakan bagaimana pengalamannya saat masuk dalam jeruk.

Hal yang serupa juga bisa dilakukan untuk masuk ke dalam buku dengan sampul yang tertutup, lalu minta untuk mencari halaman tertentu dan minta untuk menceritakannya kembali setelah membuka mata. Jika kita melakukannya dengan intensif maka hasil yang luar biasa akan bisa kita lihat. Anak-anak mampu menghitung jumlah biji dalam jeruk, anak-anak mampu mengetahui isi sebuah buku tanpa harus membukanya atau membacanya. Malah, beberapa anak mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dan lebih dahsyat lagi anak-anak seperti itu mampu menggambarkan jenis kuman yang ditemuinya. Luar Biasa!!

About dr. Iqbal

dr. Iqbal adalah Pemilik dari Shichida Makassar. Seorang dokter ahli syaraf.

0 comments:

Post a Comment