“Seekor komodo mampu
mencium bangkai kambing dalam jarak 15 km, bisa dibayangkan bagaimana tajamnya
penciuman seekor komodo”
“kelelawar sebenarnya
tidak mempunyai penglihatan yang baik, tapi bagaimana seekor kelelawar tidak
menabrak pohon yang tinggi pada malam hari?...hal itu disebabkan karena
kelelawar bisa mengeluarkan suara ultrasonik yang nantinya akan dipantulkan
oleh benda dihadapannya lalu ditangkapnya dengan kedua telinganya yang agak
besar. Kelelawar adalah hewan yang mempunyai colliculus inferior yang lebih
baik”
“Tentu kita sama pernah
mendengar bahwa longlongan anjing menunjukkan sang anjing sementara mendengar
orang yang lagi mendapat siksaan dari Allah SWT, demikian pula ringkihan seekor
kuda berarti sang kuda sementara mengetahui keberadaan malaikat dan pada kisah
yang lain sang kuda mampu merasakankejadian siksaan di dalam kubur”
“The cerebral neocortex,
limbic system and brain stem come together and function hierarchically”
(Paul D.MacLean)
Triune Brain Theory atau
Teori Tiga-Satu Otak, pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Paul D. MacLean pada
tahun 1970. Jika kita mengamati secara seksama otak manusia secara keseluruhan
ternyata terdiri dari tiga lapisan yang saling menutupi satu sama lain. Lapisan
terluar yaitu neocortex menutupi lapisan yang ditengah yaitu sistem limbik dan
disebelah dalam sistem limbik terdapat lapisan paling dalam yaitu brain stem
dan diencephalon.
Secara filogenetik,
neocortex dikenal sebagai Primate brain, sistem limbik sebagai Mammalia brain
dan yang terdalam yaitu brain stem dan diencephalon sebagai Reptilia brain. Hal
ini berarti bahwa sebenarnya otak manusia memang hanya satu tapi pada prinsipnya
secara studi komparatif mengandung ketiga macam otak yang berbeda, meskipun
dalam porsi yang berbeda. Sang Maha Pencipta telah memberikan porsi neocortex
yang lebih besar dibanding dengan makhluk yang lain, karena fungsi neocortex
bagi manusia lebih dominan.
Oleh karena otak manusia
mengandung ketiga otak tersebut, maka tentunya segala fungsi yang dimiliki oleh
makhluk lain, tentu juga masih ada pada manusia. Hanya karena fungsi neocortex
itu yang begitu dominan sehingga menekan fungsi otak yang lain sehingga potensi
tersebut tidak muncul, tapi tetap menjadi potensi yang luar biasa jika dapat dimanfaatkan.
Dengan kata lain, potensi tersebut menjadi dormant atau tertidur dalam otak
manusia. Begitulah Allah SWT menciptakan manusia dengan begitu sempurna.
Sebelumnya kita telah
dapat melihat bagaimana kemampuan komodo dan kelelawar, bagaimana dengan
kemampuan manusia ? mari kita lihat beberapa kemampuan yang juga luar biasa
yang dimiliki manusia
“Uwais Al-Qarni,
hidup pada zaman Rasulullah tapi tinggal di Yaman yang jauhnya berapa ratus km
dari Madinah, setiap menjelang waktu shalat, Uwais senantiasa ke atap rumahnya
untuk mendengar suara azan dari Bilal”
“Pernah suatu hari
Khalifah Ali bin Abi Thalib, berjalan di kuburan, secara tiba-tiba ada seorang penghuni
kuburan menyapanya, akhirnya terjadilah pembicangan antara keduanya”
Mungkin anda bisa
mengatakan bahwa beliau-beliau itu adalah orang yang istimewa, yang Allah tidak
berikan kepada semua orang. Memang ada benarnya, tapi bukankah beliau-beliau juga
sebenarnya orang biasa, dan kemampuan tersebut juga muncul bukan tanpa usaha.
Baiklah, mari kita lihat contoh yang lain seperti Daniel Kish, orang buta yang
mampu melakukan aktivitas tanpa menggunakan alat bantu, Daniel Kish mendeteksi
benda-benda disekitarnya hanya dengan mengeluarkan bunyi “Klik” dari mulutnya,
lalu pendengarannya menangkap echo dari suara klik tersebut. Dengan cara
tersebut, dia mampu mengetahui jarak dan berapa besar benda tersebut, bukankah
Daniel Kish telah memanfaatkan ilmu yang dimiliki oleh seekor kelelawar.
Kemampuan tersebut dikenal sebagai “human echolocation”. Saat ini, telah banyak
saudara kita yang tunanetra telah mengambil manfaat dari penemuan Daniel Kish
ini.
Untuk bisa memanfaatkan
kembali potensi yang terpendam itu, maka Prof. Makoto Shichida mengadakan
modifikasi dari konsep triune brain tersebut, beliau menjelaskan bahwa potensi
mammalia brain dan reptilia brain hanya bisa diakses melalui hemisfer kanan
(otak kanan), karena hanya pada daerah tersebut terdapat neural circuit yang menjadi
pintu untuk mengakses. Jadi untuk mengaksesnya kita harus “Switch to the
Right”, hal itu bisa kita lakukan dengan memperlambat gelombang otak kita yaitu
dengan jalan meditasi. Tapi untuk bisa mengakses potensi yang lebih dalam yang
terletak pada diencephalon maupun brain stem dibutuhkan kondisi emosi yang
baik, kondisi yang nyaman dan aman, tidak bolah dalam keadaan tertekan ataupun
takut.
Oleh karena gelombang
otak anak-anak masih didominasi oleh gelombang lambat sehingga anak-anak lebih
mudah mengakses kemampuan tersebut. Semakin muda usia anak, semakin mudah
mereka melakukannya. Tapi, meskipun demikian anak-anak yang dalam kondisi
tertekan atau dalam kondisi ketakutan sehingga mereka tidak merasa aman dan
nyaman, tetap kesulitan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Tapi
bahkan sebaliknya, hanya dengan memperbaiki hubungan orang tua-anak, yang mana
orang tua lebih mengedepankan rasa kasih sayang kepada anaknya dalam setiap
hal, senantiasa memberikan pujian terhadap segala usaha yang telah dilakukan
sang anak, banyak hal masalah pendidikan telah teratasi. Tiba-tiba saja,
Anak-anak mulai memperlihatkan potensi yang dimilikinya. Maka tak salah jika
Prof. Makoto Shichida mengatakan “Right-Brain Education is a soul education”.
Sehingga pendidikan berbasis otak kanan bisa menjadi solusi bagi berbagai
permasalahan di dunia pendidikan saat ini terutama dalam membentuk karakter
bangsa.
0 comments:
Post a Comment