English Version

Baca Juga

Wednesday, July 10, 2013

Bypass critical factor with storytelling


By on 10:43 PM




Salah satu bagian terpenting dalam proses hipnosis adalah bagaimana mengatasi faktor kritis seseorang. Faktor kritis inilah yang selalu melawan setiap sugesti yang diberikan sehingga keberhasilan suatu proses hipnosis sangat tergantung terhadap keberhasilan mem-bypass critical factor. Cara yang bisa dilakukan sangat beragam dengan teknik yang bervariasi, mulai dari yang direct maupun yang secara indirect, mulai dari overt hingga ke covert atau terselubung. Teknik bercerita atau storytelling adalah salah satu cara mem-bypass critical factor secara indirect dan perlahan-lahan tanpa disadari.


Untuk bisa melakukannya dengan baik, tentunya kita harus mempunyai koleksi cerita yang cukup banyak dan beragam, agar cerita yang kita buat bisa saling melengkapi dan bervariasi. Kita harus melengkapi juga dari sisi topik atau tema cerita, mulai dari cerita lucu, sedih, semangat dll. Cerita tersebut bisa berasal dari pengalaman pribadi, kisah orang lain, dari buku-buku ataupun hanya karangan imajinasi kita sendiri.

Saya sendiri sangat senang mengambil cerita dari pengalaman seseorang yang inspiratif baik dari buku ataupun yang diceritakannya sendiri. Terkadang juga dari buku karangan para sufi, zen atau biksu. Salah satu buku favorit saya diantaranya adalah karangan biksu Ajang Brahm seperti Si cacing dan kotoran kesayangannya”. Banyak kisah-kisah dari buku tersebut yang sangat baik dijadikan referensi untuk melengkapi koleksi cerita kita.

Pernah ada teman saya yang sedikit stres bercampur cemas karena besoknya akan presentasi makalah atau penelitiannya.

Teman saya :  Hari ini saya sangat stres, besok saya rencana akan presentasi makalah
Saya          : “ Boleh tidak, stresnya ditunda saja besok, kan presentasinya nanti besok?”
Teman saya : ….Hem..hem (…tentu bisa dibayangkan bagaimana responnya saat itu)
Saya         : “Saya jadi teringat dengan kisah  seseorang yang lagi sakit gigi sehingga dia memutuskan untuk datang ke dokter gigi besok harinya. Malam harinya, dia tidak bisa tidur karena stres memikirkan bahwa besok dia harus ke dokter gigi. Dia membayangkan segala macam peralatan yang akan dipergunakan oleh dokter giginya nanti mulai dari jarum suntik hingga obeng dll. Besok harinya, akhirnya dia pergi ke tempat praktek salahsatu dokter gigi yang ada, ternyata dokter giginya berhalangan datang karena dokter giginya lagi keluar kota. Akhirnya ia berfikir, Trus, untuk apa saya stres sepanjang malam hingga tidak bisa tidur malam, rugi dong stressnya!

Dialog-dialog seperti di atas sering saya lakukan, sebenarnya dalam dialog tersebut kita sudah bisa menggabungkan beberapa teknik, termasuk metode reframing. Hanya dalam dialog tersebut, saya kaitkan dengan sebuah cerita yang diambil dari salahsatu episode dari buku Ajahn Brahm.

Jadi untuk melakukannya sebenarnya sangat sederhana, cukup mengawali cerita tersebut dengan “ Saya teringat dengan cerita…”, atau “ Pernah ada sebuah cerita….” , atau “ Pernah ada teman saya namanya Anto…” atau boleh juga langsung saja bercerita. Tentu anda akan teringat dengan metode “My friend John” iya kan? Pada prinsipnya yang harus kita perhatikan adalah flow-nya atau rangkaian kalimat dengan kalimat sebelumnya, sehingga akan berkesan nyambung atau terkait. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kata perangkai ataupun kata sambung. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah cara menceritakannya, bagaimana intonasinya, ritmenya dll. Sehingga yang mendengarkan bisa merasakan nilai emosi yang dikandungnya.

Topik atau tema cerita yang dipilih disesuaikan dengan target atau goal yang kita inginkan. Jika target kita adalah menginduksi atau ingin membuat mereka trance maka pilihlah “trance theme”. Trance theme itu bisa cerita mengenai pengalaman yang menyenangkan, yang membahagiakan, kedamaian ataupun ketenangan dll. Cerita tersebut bisa juga kita tempatkan saat subjek dalam kondisi trance jika dalam konteks terapi. Misalnya saat menangani subjek dengan nyeri dan anda memutuskan ingin menggunakan time distortion maka anda bisa menceritakan pengalaman sehari-hari yang mana orang-orang biasanya lupa waktu seperti melakukan pekerjaan kegemaran/hobby seharian atau membaca buku favorit atau nonton di sinema yang saking menariknya sehingga film dengan durasi 3 jam seolah-olah berlangsung hanya 1 jam.

Namun, perlu juga kita pahami bahwa terkadang kebanyakan orang menggunakan skill storytelling ini secara tidak sengaja. Sehingga orang-orang tersebut tidak menyadari dampaknya terhadap orang lain dan sebagian besar diantaranya adalah hal yang negatif. Jika kita menceritakan sebuah pengalaman yang menyedihkan, itu berarti kita lagi menginginkan orang lain yang mendengarkannya untuk sedih. Jika kita menceritakan sebuah kisah kegagalan kepada seseorang maka bisa jadi itu berarti kita menginginkan kegagalan bagi seseorang. Jadi kita perlu selalu mempertimbangkan dampak yang bisa timbul pada orang lain.

Hal yang sering terlihat saat kita mengunjungi orang yang sakit atau ada seseorang lagi menderita sakit. Para pembesuk sering melontarkan cerita seperti berikut:

“Hati-hatilah lho mbak, ada tetangga saya beberapa waktu yang lalu sakit seperti itu, kata dokter, penyakitnya tidak bisa sembuh lagi, malah dalam beberapa hari bisa lumpuh dan perlahan-lahan tidak bisa apa-apa lagi, meskipun dia sudah berobat macam-macam”

Asyiknya lagi, cerita tersebut diceritakannya dengan penuh semangat dengan mimik yang baik, dan dari caranya bercerita dia termasuk seorang “good storyteller”. Orang tersebut tidak menyadari, bagaimana efek dari cerita yang dibuatnya. Mungkin orang tersebut mengira bahwa tidak ada yang salah dari cerita tersebut. Ceritanya memang benar terjadi atau suatu true story dan dia memang hanya menceritakan pengalaman seseorang. Tapi ketahuilah, dengan menceritakan  kisah seperti itu, sebenarnya sama dengan meng-install cerita tersebut kepada orang lain. Oleh karena itu, marilah kita mulai bersama-sama mulai sadar bagaimana potensi yang dimiliki metode storytelling itu, sehingga kita bisa bijak untuk menggunakannya! Semoga bermanfaat.

About dr. Iqbal

dr. Iqbal adalah Pemilik dari Shichida Makassar. Seorang dokter ahli syaraf.

0 comments:

Post a Comment