English Version

Baca Juga

Thursday, January 31, 2013

Kebiasaan Mengutamakan Orang Lain


By on 12:42 AM


Pernah dalam sebuah peperangan, tiga orang sahabat terluka parah dan merasa kehausan. Sehingga datanglah seseorang membawa sebuah minuman yang hanya bisa diminum oleh seorang. Maka dibawakannya minuman tersebut ke salah seorang diantara mereka, namun orang tersebut menolak dan menyampaikan untuk memberikannya kepada sahabatnya yang lain. Akhirnya minuman tersebut dibawakan ke sahabat yang lain, namun sebelum ia meminumnya, terdengar rintihan sahabat lainnya yang juga kehausan. Demikian seterusnya, sehingga ketiga sahabat tersebut meninggal dunia dan minuman tersebut masih tetap utuh karena mereka lebih mengutamakan orang lain meskipun sebenarnya ia pun membutuhkannya bahkan hingga merenggut nyawa mereka. Apakah kita mampu melakukan hal yang sama, lebih mengutamakan orang lain, meskipun kita juga sangat membutuhkannya?



Tentu Anda pernah mendengar ataupun membaca kisah Rasulullah SAW saat detik-detik akhir kehidupannya. Saat malaikat izrail mulai mencabut nyawa Rasulullah SAW, terlihat beliau merasa kesakitan hingga malaikat Jibril yang hadir saat itu memalingkan wajahnya karena tidak tega melihatnya. Sehingga Rasulullah SAW berkata kepada Jibril, “Wahai Jibril, kenapa engkau memalingkan wajahmu, Apakah engkau jijik melihatku?”.

Sambil menahan rasa sakit, Rasulullah SAW bertanya kepada malaikat izrail, “Wahai Izrail, bagaimana rasa sakit yang akan dirasakan ummatku saat menghadapi sakratul maut?”. Malaikat Izrail pun menjawab, “Lebih sakit lagi Rasulullah”. Akhirnya Rasulullah SAW berdoa kepada Allah SWT agar kita sebagai ummatnya diberikan keringanan saat sakratul maut, bahkan Rasulullah SAW bersedia menanggung sendiri semua rasa sakit yang akan dirasakan oleh ummatnya. Subhanallah! Sungguh mulia akhlakmu, yaa Rasulullah. Disaat-saat kritis seperti itu masih memberikan perhatian kepada ummatnya, lebih mengutamakan orang lain dibanding dirinya sendiri, karena bisa saja beliau berdoa kepada Allah SWT untuk dirinya sendiri agar diberikan keringanan pada saat itu.

Anda bisa membayangkan begitu indahnya kehidupan ini jika kita mulai menerapkan akhlak lebih mengutamakan orang lain dibanding diri sendiri terutama saat jika kita sendiri sebenarnya membutuhkannya. Misalkan saja saat kita mengaplikasikannya ketika antri di sebuah bank, relakah kita memberikan nomor antrian kecil yang kita miliki kepada orang lain dengan nomor antrian yang lebih besar ? Mungkin kita perlu melatih diri melakukannya hingga menjadi suatu kebiasaan.

Atau mungkin saat antri mengambil makanan di sebuah pesta perkawinan, kita dengan senang hati mempersilahkan orang lain terlebih dulu. Tapi sering kita temui pemandangan yang sebaliknya dimana orang-orang pada berebutan antrian terutama saat persediaan makanan kelihatannya sudah akan habis. Relakah kita lebih memilih mengalah dan mempersilahkan orang lain terlebih dulu meskipun kita telah antri lebih dulu?

Pemandangan yang juga sering kita lihat adalah orang-orang pada berebutan naik ke bus yang memang kapasitasnya terbatas. Relakah kita membiarkan orang lain naik lebih dulu ke bus dibanding diri kita sendiri meskipun nantinya kita harus menanti bus berikutnya padahal sebenarnya saat itu kita pun punya urusan yang sangat penting atau mendesak ?

Kira-kira apa yang akan terjadi di negara kita ini jika traffic-light di persimpangan jalan tiba-tiba tidak berfungsi? Pemandangan yang sering terlihat adalah kemacetan malah sampai dead-lock sehingga tak satupun dan dari arah manapun kendaraan yang bisa lewat. Hal ini disebabkan karena semua kendaraan dari semua arah berlomba-lomba untuk lewat terlebih dulu, tidak akan memberikan kesempatan lebih dulu kepada kendaraan yang lain. Saya jadi teringat kisah teman saya saat studi di Jepang, mendapatkan pengalaman yang berbeda pada saat terjadi kondisi seperti di atas. Semua kendaraan justru pada berhenti dan malah memberikan kesempatan kendaraan yang lain untuk lewat terlebih dulu dan yang mengagumkannya, kendaraan lain yang telah lewat lebih dulu, sambil membuka kaca jendela mobilnya, mereka membunyikan klakson sebagai tanda terima kasih.

Oleh karena itu, marilah kita mulai menerapkan prinsip sederhana tersebut sekarang ini. Mulailah dari diri kita sendiri terlebih dulu. Tapi untuk bisa menerapkan prinsip sederhana tersebut, dibutuhkan keimanan yang mantap di dalam hati, maka pada saat itulah manisnya iman akan bisa terasa dan pertolongan Allah SWT pun akan datang dengan segera, yang mungkin saja akan tiba tanpa sepengetahuan Anda dan mungkin saja kebaikan yang pernah Anda lakukan, juga Anda sudah lupakan, tapi ketahuilah tidak ada sesuatupun kebaikan yang kita lakukan akan sia-sia di sisi Allah SWT. Fastabiqul Khairat!

About dr. Iqbal

dr. Iqbal adalah Pemilik dari Shichida Makassar. Seorang dokter ahli syaraf.

0 comments:

Post a Comment