Mulai hari ini tgl 28-30 November 2008 di Jakarta,diadakan symposium nyeri oleh Indonesian Pain Society dan kemarin ada workshop tentang “ Hypnosis in Management of pain”, karena nyeri merupakan masalah yang paling sering dijumpai oleh para dokter dan seorang dokter dianggap melanggar hak asasi manusia jika membiarkan clientnya merasa nyeri. Definisi nyeri sendiri itu sebenarnya panjang tapi intinya adalah adanya “sensasi yang tidak nyaman (uncomfortable)”. Mari kita bantu saudara kita yang lagi nyeri atau bagaimana kalo rekan NLP-ers membuat workshop “NLP in management of pain “ atau semacamnya?ayo...
Di dalam tubuh kita, suatu rangsangan (stimulus) akan dihantarkan melalui saraf (ringkasnya saya pakai istilah kabel saja) berdasarkan mekanisme elektrik, secara teori jalur nyeri itu melalui 4 tahap yaitu stimulus mekanik/biokimia diubah menjadi listrik (transduksi) hal ini terjadi di tempat yang nyeri, lalu dihantarkan melalui kabel menuju ke otak (transmisi), tubuh mempersepsi stimulus tersebut untuk menentukan jenis respon (persepsi) dan otak akan memberi sinyal ke lokasi nyeri utk berusaha mengatasinya (modulasi). Obat-obat anti nyeri (analgetik) mempunyai tingkatan dalam menghilangkan nyeri mulai dari analgetik biasa sampai obat yang tergolong narkotika. Hypnosis atau mungkin juga NLP lebih banyak bermain di persepsi. Contoh sederhana: kita lebih bisa menahan nyeri jika dicubit oleh orang kita cintai misalnya istri kita, tapi kita lebih sangat-sangat sakit kalau kita disentuh saja oleh musuh kita. Padahal secara logika, stimulasi sama tapi respon bisa berbeda, orang akan lebih bisa menahan nyeri jika bersikap pasrah dan ikhlas menerima, saya pikir fenomena ini sangat menarik kita utak-atik.
Dave Elman dalam buku hypnotherapy, ada beberapa rule of thumb untuk mengatasi nyeri dengan hypnosis yaitu dalam memberikan sugesti , hindari memakai kata nyeri /sakit tetapi gunakan kata nyaman (hal ini sesuai dengan definisi nyeri), kalo teman saya, gunakan saja kata sehat karena sehat agak luas maknanya dan aman, yang ke-2 hindari menyebut kata-kata seperti jarum suntik, pisau, klem, mencubit dll karena kata-kata itu sendiri sudah membuat nyeri dan nervous bagi client, lebih baik menggunakan kalimat umum “ saya akan melakukan beberapa prosedur pada tangan Anda dan Anda tetap merasa nyaman” tidak usah dirinci secara detail atau semacamnya.
Menurut kang Asep haerul gani, pernah saya berkomunikasi lewat telepon, Beliau lebih senang menggunakan kata “ melepas nyeri” dibanding “menahan nyeri”, nyeri semakin ditahan akan semakin sakit, tapi kalo kita legowo melepaskannya akan terasa enteng, bgm kang Asep? Terima kasih atas tipsnya. Pengalaman pribadi menghadapi orang yang nyeri kepala yaitu terkadang saya menggunakan hypnosis dengan relaksasi progresif dan hasilnya bagus atau pernah juga saya menggunakan teknik seperti dalam buku “monster and magical stick” ,menurut buku tersebut orang yang nyeri itu lebih bersifat kinestetik sehingga sering kita mendengar pernyataan “ kepala saya terasa sakit”, jadi kurang menggunakan potensi visual dan auditorisnya, kita bantu ke arah tersebut seperti “Bagaimana warna sakit kepalanya?” atau “ Bagaimana suara sakit kepalanya?”, semua client yang saya tanya seperti itu pasti tertawa sambil bingung, lalu dengan nada meyakinkan saya jawab “Ada, coba diperhatikan kembali” kalo dia sudah menemukan gambar/suaranya, tinggal di lanjutkan saja misalnya “bagaimana bentuknya, bulat atau segitiga” pasti tambah asyik, silahkan rekan-rekan mencobanya, serunya karena dia akan melakukan sambil tertawa, setelah itu bisa ditanya “bagaimana keadaannya sekarang”, yang juga menarik dengan cara ini, ada fase ‘confuse’ jadi mungkin kita bisa memanfaatkan momen tersebut, di switch ke “confusing technique”,bagaimana pendapat rekan-rekan? Agar Indonesia bisa “bebas nyeri”.
0 comments:
Post a Comment