“Benda apa saja yang ada di sebelah kanan TV Anda di rumah? “
“Saat Anda berjalan dari rumah ke kantor, berapa kali Anda berbelok ke kanan?”
“Apakah Anda masih ingat posisi tempat duduk Anda saat masih SD dulu?”
“Bagaimana bendera Arab Saudi? Warnanya apa?”
“Saat Anda berjalan dari rumah ke kantor, berapa kali Anda berbelok ke kanan?”
“Apakah Anda masih ingat posisi tempat duduk Anda saat masih SD dulu?”
“Bagaimana bendera Arab Saudi? Warnanya apa?”
Pertanyaan di atas tentu sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Apakah Anda bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan baik? Untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, sebenarnya tanpa Anda sadari, sebelum Anda memutuskan jawabannya, maka pikiran kita secara otomatis akan memunculkan suatu gambar atau image. Berdasarkan image yang muncul, Anda akan mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kebenaran jawaban Anda, sangat tergantung kejelasan image yang muncul. Jika image tersebut kabur atau tidak jelas, maka bisa dipastikan Anda akan kesulitan untuk menjawabnya atau jawaban Anda menjadi tidak akurat. Kemampuan untuk me-recall sesuatu dengan memunculkan suatu image seperti tersebut di atas dikenal sebagai Photographic Memory. Prof. Makoto Shichida menyebutnya sebagai image memory.
Sebenarnya kita mengenal 2 macam memori yaitu short-term memory dan long-term memory. Short-term memory atau memori jangka pendek sifatnya temporer, terbatas dan mudah terganggu. Karena jenis memori ini sangat dibutuhkan saat kita sedang bekerja maka dikenal juga sebagai working-memory. Sedangkan long-term memory atau memori jangka panjang bersifat permanen dan kapasitasnya tidak terbatas. Photographic memory termasuk memori jangka panjang. Sehingga para pakar memori ataupun neuroscientist berusaha mencari metode untuk menstimulasi photographic memory tersebut.
Jika kita kaitkan dengan otak kiri atau otak kanan maka photographic memory itu merupakan kapasitas atau potensi otak kanan. Karena seperti yang telah kita ketahui bahwa otak kanan (right brain) itu dikenal juga sebagai image brain. Otak kanan bekerja dengan image. Sehingga metode apa saja yang bisa menstimulasi perkembangan otak kanan, atau dengan kata lain terdapat sebuah metode yang bisa memperkuat sirkuit pada otak kanan, maka dengan sendirinya akan dapat menstimulasi photographic memory tersebut dan cara yang paling efektif tentunya dengan image training.
Sebagai suatu latihan, saat Anda ingin menghapalkan sesuatu maka Anda boleh melakukan hal seperti berikut yaitu lihat dengan seksama sesuatu yang akan diingat selama beberapa detik, lalu tutup mata Anda, munculkan image-nya. Jika image-nya mulai menghilang maka buka mata Anda kembali lalu lakukan seperti yang pertama kali tadi. Lakukan hal ini berulang kali dan jadikan suatu kebiasaan baru Anda. Supaya lebih mudah, maka pada awalnya, Anda boleh latihan menerapkannya dengan menghapal suatu simbol atau lambang (logo). Jika sudah terlatih, Anda baru boleh menerapkannya pada yang lain.
Mari kita lakukan eksperimen berikut dengan menghapalkan kalimat berikut secara lengkap termasuk tanda bacanya, setelah itu ambil selembar kertas, lalu tuliskan kembali kalimat tersebut.
“Wahai sang Kancil, apa kabar? “ kata sang buaya.
“Ada apa, wahai sang Buaya...apa yang saya bisa bantu?” kata sang Kancil
“Ada apa, wahai sang Buaya...apa yang saya bisa bantu?” kata sang Kancil
Mungkin Anda akan menghapalnya dengan cara membacanya secara berulang-ulang hingga lancar. Cara tersebut yang paling sering kita lakukan. Metode menghapal seperti itu metode berbasis otak kiri. Tapi mari kita melakukannya dengan cara yang lain yaitu tatap kalimat tersebut sekitar 30 detik, lalu tutup mata Anda dan munculkan image-nya, biasanya image itu tidak akan bertahan lama, lama kelamaan akan kabur, jika hal itu terjadi ulangi lagi hal yang sama berulang kali, hingga image-nya bisa bertahan lebih lama dan Anda bisa menuliskan kembali kalimat tersebut. Cara yang barusan kita lakukan ini adalah metode dengan memanfaatkan potensi otak kanan (right brain).
Tentu Anda juga pernah mendengar kisah Rasullullah SAW, sesaat setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Beberapa orang tidak percaya hal tersebut bisa terjadi. Sehingga Rasullullah SAW pernah ditanya oleh seseorang untuk membuktikan kebenaran peristiwa tersebut. Orang tersebut menanyakan “Berapa jumlah anak tangga masjid Al-Aqsha ?” maka Allah SWT lalu memunculkan gambar (image) anak tangga mesjid Al-Aqsha dan dari image tersebut Rasulullah SAW kemudian menghitungnya. Setelah itu beliau memberikan jawabannya ke orang tersebut dan setelah dicek, ternyata benar jumlahnya. Itulah Photographic Memory !
Wah, berbeda dengan penelitian Dr. Ericson yang pernah saya baca di buku Scott Hagwood. Dijelaskan bahwa tidak seorang-pun yang memiliki photographic memory. Meskipun begitu, saya juga menganggap bahwa mungkin saja sang peneliti belum mendapatkan sampel yang benar-benar memiliki photographic memory...
ReplyDeleteKIM JUNG GIE.. anda bisa melihatnya di https://www.youtube.com/watch?v=Rynxr6twe4w seorang Master
Delete