Saya teringat pada hari pertama saat belajar NLP secara resmi pada kelas practitioner beberapa waktu yang lalu. Setiap peserta diminta untuk memperkenalkan diri dan menyampaikan apa maksud dan tujuan belajar NLP. Tujuan para peserta saat itu sangat beragam. Saya sendiri saat itu mempunyai misi yang sederhana yaitu bagaimana meraih perilaku atau akhlak yang baik karena saya merasa ada peluang untuk menerapkannya ke sana
dan saya berpikir bahwa sesuatu hal yang biasa jika belajar NLP hanya untuk mengatasi phobia atau hal yang lainnya. Anda tidak perlu heran, jika para pendekar NLP pada akhirnya akan lebih banyak membahas bagaimana meraih Kebahagiaan dengan NLP. Termasuk Richard Bandler sendiri, kita bisa melihat buku terakhir yang beliau susun yaitu Get The Life You Want atau The Secrets of Being Happy atau Conversation with Richard Bandler.
Terdapat juga sebuah buku yang bisa dijadikan referensi untuk menuju ke suatu perbaikan akhlak yaitu Ihya Ulumuddin, salah satu karya Ulama besar Imam Al-ghazali. Buku tersebut banyak membahas tentang bagaimana cara memperbaiki dan membentuk akhlak yang mulia. Menurut beliau, pada dasarnya setiap akhlak dibentuk melalui 2 pendekatan yaitu aspek ilmu dan aspek amal. Tingkat keilmuan akan mempengaruhi amal (perbuatan) seseorang sehingga dikatakan bahwa amal adalah buah dari ilmu dan keilmuan itu sendiri diperoleh dari hasil pemikiran atau perenungan (tafakur)
Mari kita melihat, salah satu petikan dari buku Ihya Ulumuddin, yang dikarang oleh Abu Hamid Al Ghazaly Jilid IV hal. 389, sebagai berikut:
"Jika ilmu sudah sampai dihati, keadaan hati akan berubah, jika hati sudah berubah, perilaku anggota badan akan berubah. Perbuatan mengikuti keadaan (hal), keadaan mengikuti ilmu, dan ilmu mengikuti pikiran, oleh karena itu pikiran adalah awal dan kunci segala kebaikan, dan yang menyingkapkan keutamaan tafakkur. Pikiran lebih baik daripada dzikir, karena pikiran adalah dzikir plus”.
Kalimat tersebut menyatakan bagaimana pentingnya peranan pikiran dalam membentuk perilaku. Nah, sebenarnya disinilah peranan NLP. Dengan menata cara kita berpikir, diharapkan akan dapat memperbaiki perilaku. Orang menjadi sombong dan angkuh karena ketidak-tahuan terhadap dirinya sendiri sehingga ia mempersepsi diri dan orang lain secara tidak bijaksana. Akibat dari cara berpikir seperti itu akan menimbulkan amalan atau perilaku sombong, Anda akan bisa melihat orang yang sombong itu bagaimana cara ia berbicara, cara ia berjalan atau sikapnya saat berhadapan dengan orang lain.
Jika kita melakukan analisa terhadap bagaimana sebuah perilaku bisa terjadi, maka tanpa kita sadari bahwa semua perilaku sebenarnya berawal dari goresan-goresan hati. Goresan-goresan hati itulah yang menggerakkan kemauan atau keinginan. Keinginan akan menggerakkan cita-cita, dan cita-cita itu menimbulkan niat yang pada akhirnya niat tersebut akan menggerakkan anggota tubuh. Timbullah suatu perilaku.
Jika kita menyimak uraian di atas, sangat jelas bagaimana peranan bisikan hati terhadap munculnya suatu perilaku dan bisikan hati tersebut akan menjadi central point kebaikan atau keburukan seseorang. Mari kita kaji lebih jauh lagi, kira-kira menurut Anda, bagaimana bentuk bisikan hati itu? Ada yang berpendapat bahwa bisikan hati itu akan berupa goresan-goresan hati atau pikiran. Jika kita menggunakan pendekatan NLP maka sebenarnya goresan-goresan tersebut akan berupa Gambar atau Suara. Jadi pada mulanya adalah timbulnya suatu Gambar atau Suara dalam hati atau pikiran kita dan apabila hal itu sudah menjadi kebiasaan maka akan timbul Rasa terhadap hal tersebut. Seseorang yang misalnya sangat senang berjudi, maka gambar, suara dan rasa sangat dominan dalam pikirannya. Gambarnya sangat indah dan suara yang mengiringinya seakan merayunya sehingga akan semakin memperkuat rasa ingin melakukannya. Sebaliknya saat Anda merasa malas beribadah maka gambar dan suara yang muncul akan sangat berbeda dan jika Anda memunculkan kedua image tersebut (senang berjudi dan malas beribadah) secara bersamaan maka Anda akan bisa melihat secara jelas perbedaannya.
Hal yang sama yang bisa Anda lakukan adalah munculkan 2 buah gambar dalam pikiran Anda, sebuah gambar tentang aktivitas yang Anda sukai dan sebuah gambar yang Anda tidak senangi atau malas Anda lakukan. Misalnya sebuah gambar Anda sedang melakukan shalat dan sebuah gambar Anda sedang pergi ke Mal, gambar mana yang imagenya lebih besar dan berwarna, hal itu akan menunjukkan kecenderungan atau preferensi Anda.
Mungkin diantara kita ada yang bertanya, apakah bisikan hati itu akan dihisab atau diperhitungkan oleh Allah SWT? Didalam buku Terapi Ruhani Untuk Semua yang merupakan terjemahan dari Ma’alim al-suluk li al-mar’ah al-muslimah, Karya Al-Habib Ali Al-Jufri dijelaskan bahwa bisikan hati itu tidak akan diperhitungkan sebelum menjadi perbuatan atau diakui benar. Sebab mengakui bahwa itu benar sama dengan mengerjakannya. Jika seseorang berprasangka buruk kepada orang lain dan ia mengakui bahwa hal itu benar, maka pengakuannya terhitung dosa. Meskipun demikian, perlu kita ketahui bahwa setiap perbuatan baik atau buruk akan berawal dari bisikan hati. Karena itu diperlukan instropeksi diri terhadap setiap bisikan hati sebelum menjadi suatu tindakan nyata. Sehingga Anda mulai perlu waspada terhadap segala goresan-goresan hati yang muncul karena sekali lagi semuanya berawal dari hal tersebut dan tentu Anda sudah tahu bahwa jika keinginan dan imajinasi bertemu maka imajinasi-lah pemenangnya. Bagaimana bisa Anda menghindari berjudi jika Anda selalu memunculkan gambar orang berjudi. Janganlah memberikan toleransi sedikit pun terhadapnya, meskipun itu belum diperhitungkan oleh Allah SWT. Namun perlu diketahui bahwa hati itu sifatnya bolak-balik sesuai dengan namanya yaitu qalbu sehingga selain menggunakan apa yang telah Anda ketahui maka senantiasalah iringi dengan meminta pertolongan Allah SWT
Tentu Anda yang telah pernah belajar NLP sudah tahu teknik atau metode NLP apa yang bisa kita terapkan untuk mengatasi goresan-goresan hati itu. Anda bisa dengan mengutak-atik submodality atau mungkin juga Anda bisa menggunakan reframing, swish pattern atau teknik yang lainnya. Saat mengubah submodalitas, jangan lupa untuk mengubah lokasi atau letak image, malah dengan hanya mengubah letak/posisi image tersebut, situasi hati menjadi lebih baik.
Perlu kita sadari bahwa goresan-goresan hati tersebut ada yang baik dan ada yang tercela. Jika kita menyadari bahwa goresan hati tersebut baik maka perkuatlah submodality-nya hingga membuat hati kita cenderung untuk melakukannya dan berdo’alah kepada Allah SWT agar diberikan pertolongan untuk melakukannya. Sebaliknya jika goresan kalbu tersebut tercela maka ubahlah submodalitasnya agar melemahkan niat kita melakukannya dan berdo’alah kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan untuk menolaknya.
Untuk memperkaya teknik-teknik NLP yang bisa Anda pergunakan, terdapat sebuah buku yang saya anjurkan Anda baca yaitu buku Spiritual Thinking dikarang oleh Priatno H. Martokoesoemo, seorang Certified Master Practitioner NLP & Personal Coach. Banyak hal yang dijelaskan dalam buku tersebut dan hampir pada setiap kesempatan saya selalu menyarankannya untuk membacanya. Semoga bermanfaat dan mencerahkan!
0 comments:
Post a Comment