Beberapa orang yang pernah belajar langsung kepada Milton H.Erickson, tak satupun diantara mereka yang tahu persis teknik atau metode terapi yang dipergunakannya saat menangani permasalahan kliennya. Terkadang satu masalah yang sama, Erickson melakukan approach yang berbeda. Mungkin Anda masih ingat bahwa Erickson pernah menangani 3 kasus bedwetting dengan 3 macam approach yang sama sekali berbeda. Erickson saat menghadapi clientnya, tidak selalu dengan menggunakan hipnosis, terkadang sang client diberikan tugas tertentu atau assignment. Sehingga dikenallah Ericksonian hypnosis dan Ericksonian psychotherapy.
Dalam sebuah wawancara dengan David Gordon, pengarang buku Therapeutic metaphors dan juga pernah berinteraksi dengan Milton Erickson, pernah ditanya tentang pendekatan yang dilakukan saat sesi terapi dan sekaligus menjawab seperti apa pendekatan yang dilakukan Erickson terhadap client-nya. David Gordon menjawabnya bahwa “ Pertama-tama saya akan memposisikan diri saya sebagai client saya, sehingga saya akan tahu persis bagaimana problem itu bisa muncul dan bagaimana cara client saya melakukannya. Setelah saya mengetahui bagaimana struktur pengalaman client saya (dalam NLP dikenal sebagai Strategy), kemudian saya kembali ke state sebagai seorang terapis. Dari strategy tersebut, lalu saya menyusun pendekatan yang akan saya lakukan, setelah menyesuaikan dengan outcome atau goal client saya. Jadi saya akan membawanya dari present state ke desired state”.
Jika kita menyimak uraian David Gordon tadi, secara ringkasnya kita bisa mengatakan bahwa sebenarnya David Gordon telah melakukan modelling yaitu memodel problem sang client-nya sehingga David Gordon akan mengetahui dengan persis bagaimana cara client-nya melakukannya dan timbulnya masalah tersebut. Dengan demikian akan mempermudah untuk menyusun proses terapi.
Terdapat beberapa unsur yang patut untuk menjadi perhatian saat melakukan Modelling yaitu unsur pikiran, emosi atau perasaan dan fisiologi. Jadi saat memodel maka sebenarnya kita memodel ketiga unsur tersebut. Bagaimana isi pikiran-nya? Bagaimana emosi atau perasaan-nya saat itu? Dan Bagaimana irama pernapasan, detak jantung, sikap tubuh-nya? Tapi kita jangan melupakan faktor intensi atau niat. Tentu Anda masih ingat tulisan saya kemarin tentang Mirror Neuron, kan? Tapi untuk bisa menangkap ketiga unsur tersebut, sebaiknya kita melakukan peripheral vision dan switch-off self-talk Anda (No Dialogue Internal). Lakukan setepat mungkin sehingga memunculkan rasa dan micro movement dalam diri Anda.
Pernah suatu waktu, Milton Erickson mendapat rujukan seorang pasien kanker yang mengalami mual dan muntah. Sudah mendapatkan pengobatan dari dokter yang merawatnya namun tidak membaik, sehingga diputuskan untuk melakukan sesi hipnosis, maka Erickson kemudian menuju ke rumah sakit bersama dengan anaknya, Betty Alice Erickson. Anaknya, Betty ,adalah seorang guru bahasa inggris yang tentunya tidak mengerti sama sekali istilah-istilah medis. Saat itu usianya masih 23 tahun.
Setelah mereka tiba di rumah sakit dan sudah berhadapan dengan pasien tersebut, Erickson melakukan sesuatu hal yang unik yaitu beliau menghipnosis anaknya sendiri, Betty, dan saat trance, Erickson menanyakan kepada anaknya saran atau nasihat apa yang bisa diberikan untuk pasien tersebut. Setelah sebelumnya, Erickson menjelaskan kondisi pasien tersebut kepada anaknya. Beberapa saat kemudian,
“Saya bisa menjawabnya” (Betty)
” Bagaimana Anda bisa menjawabnya?” (Erickson)
“Saya membuat diri saya sakit. Pertama-tama, saya menjadi mual, lalu saya merasa seluruh otot-otot di lambung saya menjadi berat dan kemudian saya menghentikannya. Saya menghentikannya tepat di sini (sambil menunjuk daerah lambung-nya) dan akhirnya perasaan mual itu menghilang dan saya menghentikan semua kontraksi otot itu” (Betty)
“Dimana letaknya rasa mual itu?” (Erickson)
“Saya pertama-tama merasakannya di sini, lalu turun ke sini (menunjuk perutnya) dan akhirnya saya merasakannya di belakang sini”. Kemudian “ Saya lalu membuatnya menjadi rasa tebal dan saya tidak merasakan nyeri lagi. Anda cukup mengubah cara Anda berpikir”. (Betty)
Terdapat beberapa hal yang bisa kita pelajari dari percakapan tersebut. Salah satunya tentu bagaimana pendekatan terapi yang bisa kita lakukan. Jadi sebenarnya Betty Alice Erickson telah melakukan modelling terhadap problem pasien tersebut untuk mengetahui strategi yang dipergunakan oleh si pasien sehingga masalah itu bisa muncul. Dengan mengetahui strategi sang pasien,akan memudahkan kita untuk menyusun strategi terapi. Hal yang terpenting adalah Anda boleh menanyakan “ Pada bagian tubuh mana pertama-tama merasakan gejala itu dan dimana gejala itu berakhir”. Selanjutnya Anda cukup memutuskan serangkaian loop yang ada pada pasien. Anda bisa menggunakan hypnotic phenomena dalam proses tersebut atau memberikannya beberapa assignment.
Richard Bandler dalam menghadapi client-nya seringkali menanyakan pertanyaan tersebut “ Bagian tubuh mana dari Anda yang merasakan pertama kali rasa cemas itu....setelah itu kemana...dan kemana...dan berakhir dimana”. Kemudian saat proses terapi, Richard Bandler memintanya untuk melakukannya kembali tapi dengan proses terbalik (reversed). “ Mulailah pada bagian akhir...lalu akhiri pada bagian pertama-tama yang merasakannya”. Sang client diminta untuk melakukannya berulang-ulang, semakin lama semakin cepat dalam pikirannya.
Memodel ternyata tidak hanya bermanfaat untuk hal yang ekselensi tapi juga bisa membantu sang terapis untuk menyusun strategi terapi dan hendaknya senantiasa mempertimbangkan approach yang berbeda untuk setiap problem yang sama karena sebenarnya setiap orang mempunyai cara yang unik dalam membentuk masalahnya. Anda hanya perlu fleksibel terhadap setiap orang. Semoga bermanfaat dan mencerahkan!
0 comments:
Post a Comment