By Muh. Iqbal Basri
Pada tahun 1995, sekelompok peneliti dari Italia yang dipimpin oleh Giacomo Rizzolatti, sementara melakukan penelitian otak Macaque, sejenis monyet, dengan menggunakan teknik pemindaian. Secara kebetulan, beberapa peneliti melakukan gerakan-gerakan yang mencontoh gerakan moqaque tersebut, sehingga terjadilah proses saling meniru gerakan (mimicry). Ternyata dari pemindaian tersebut terlihat bahwa terdapat bagian otak tertentu yang sama dan aktif baik saat melihat gerakan maupun dengan saat melakukan. Area otak tersebut akhirnya dikenal sebagai mirror neuron dan dianggap suatu penemuan yang luar biasa. Hal ini pulalah yang dapat menjelaskan tentang beberapa fenomena mental seperti empati, apati dsb.
Pada tahun 1995, sekelompok peneliti dari Italia yang dipimpin oleh Giacomo Rizzolatti, sementara melakukan penelitian otak Macaque, sejenis monyet, dengan menggunakan teknik pemindaian. Secara kebetulan, beberapa peneliti melakukan gerakan-gerakan yang mencontoh gerakan moqaque tersebut, sehingga terjadilah proses saling meniru gerakan (mimicry). Ternyata dari pemindaian tersebut terlihat bahwa terdapat bagian otak tertentu yang sama dan aktif baik saat melihat gerakan maupun dengan saat melakukan. Area otak tersebut akhirnya dikenal sebagai mirror neuron dan dianggap suatu penemuan yang luar biasa. Hal ini pulalah yang dapat menjelaskan tentang beberapa fenomena mental seperti empati, apati dsb.
Dikenal beberapa mirror neuron, diantaranya yaitu mirroring touch, mirroring movement, mirroring emotions dan mirroring intention. Suatu penelitian memperlihatkan bahwa terdapat 3 area otak yang aktif saat kita menyentuh salah satu tungkai dan melihat sebuah video tentang tungkai yang sementara tersentuh. Area yang pertama adalah area yang hanya aktif jika tungkai tersebut memang tersentuh, area kedua adalah area yang hanya aktif saat melihat tungkai yang sementara tersentuh, dan area yang ketiga adalah area yang aktif baik saat tungkai tersentuh maupun dengan hanya melihat tungkai tersentuh. Area yang ketiga tersebut itulah yang disebut mirroring touch. Hal yang menarik lainnya adalah mirroring neuron yang aktif tersebut hanya terbatas pada hemisfer kiri, meskipun pada penelitian yang lain memperlihatkan juga melibatkan kedua hemisfer.
Demikian pula saat melakukan gerakan dan melihat gerakan, sebuah area pada premotoric cortex yang sama juga aktif. Seperti yang kita ketahui bahwa premotoric cortex bertanggung jawab terhadap perencanaan suatu gerakan. Jadi saat kita seseorang melakukan suatu gerakan, maka sebenarnya otak kita juga melakukan hal yang sama, “Seeing is doing” (mirroring movement).
Saat beberapa waktu lalu kita menyaksikan di TV, bagaimana sedihnya kita melihat para keluarga yang ditinggalkan, maka secara spontan kita pun juga dapat merasakan kesedihan para keluarga korban. Inilah yang dikenal sebagai mirroring emotion. Area otak kita yang terkait dengan emosi tersebut ikut aktif. Hal yang sama juga diperlihatkan saat kita nonton film horror misalnya, emosi kita pun ikut terlibat. Jadi emosi pun dapat ditularkan. Orang yang mempunyai kecenderungan kekurangan empati, maka dikatakan bahwa mirror neuron yang aktif sangat kurang.
Namun saat kita melihat seseorang melakukan gerakan yang sama namun dalam konteks yang berbeda, maka akan mengaktifkan mirror neuron yang berbeda, misalnya seseorang sementara memegang cangkir untuk diminum dan seseorang memegang cangkir untuk dicuci, dua buah macam gerakan yang sama yaitu sementara memegang cangkir, tapi dalam konteks yang berbeda. Jadi faktor intensi atau niat sangat berperan (mirroring intention).
Satu hal yang perlu kita ingat bahwa ternyata mirror neuron tersebut aktif hanya jika kita telah mempunyai pengalaman tersebut sebelumnya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana luar-biasanya fenomena ini, saat kita mulai berpikir bagaimana aplikasinya dalam kehidupan. Semoga bermanfaat!
0 comments:
Post a Comment