Pada suatu daerah yang damai, tinggallah seorang Pak Haji. Di daerah tersebut, pak Haji dikenal sebagai orang yang dermawan, kaya dan taat beribadah. Begitu dermawannya hingga mesjid yang ada di kampung itu dibangun atas usahanya sendiri. Entah berapa harta yang telah dikeluarkan untuk membangun mesjid tersebut. Hingga suatu hari, sehabis pak Haji melakukan shalat ashar berjamaah di mesjid tersebut, pak Haji terlihat kelimpungan mencari sendal jepit yang telah dipergunakannya ke mesjid. Ternyata sandal tersebut telah hilang diambil oleh orang lain. Pak Haji begitu marah dan kesal akibat kejadian tersebut. Pak Haji telah lupa bahwa harga sandal tersebut tidak ada apa-apanya dibanding uang yang telah dihabiskan untuk membangun mesjid yang megah itu. Pak Haji gusar karena telah kehilangan sesuatu hal yang kecil atau remeh, dan telah melupakan sesuatu hal yang besar. Pak Haji tersebut mengalami "Missing Style Syndrome".
Agar lebih jelas, mari kita lihat contoh yang lain, mungkin kita pernah memiliki barang yang mewah atau sangat berharga misalnya saja kita memiliki mobil baru dengan harga yang mahal, tiba-tiba saat membersihkannya, kedapatan suatu goresan tipis pada mobil tersebut, bagaimana sedih rasanya dan mungkin bercampur dengan kemarahan, malah kita mungkin merasa bahwa akibat goresan itu, mobil itu telah kehilangan sesuatu yang besar. Itulah suatu contoh lain Missing Style Syndrome. Pada beberapa kesempatan, saat saya bertemu dengan teman yang mengalami hal seperti itu, dengan bercanda saya mengatakan " setelah mobil anda tergores, memangnya mobil anda sudah bukan mobil lagi atau telah berubah menjadi motor?".
Atau kita punya rumah bagus dan kita merasa kurang puas hanya karena pada salah satu sudut dinding rumah tersebut kurang rata. Mungkin kita merasa tidak senang jika jangan sampai dilihat oleh orang lain yang masuk ke rumah tersebut, padahal bagian tersebut belum tentu terlihat oleh orang yang masuk ke rumah tersebut. Kita merasa hal kecil, sesuatu hal yang besar. Itulah Missing Style Syndrome. Itu terjadi karena hal kecil tersebut telah menyita seluruh perhatian kita sehingga terlihat besar dan telah melupakan hal berharga yang lainnya.
Dalam kehidupan ini terkadang seseorang ditimpa suatu musibah atau cobaan berupa penderitaan misalnya, sehingga seluruh perhatian tertuju kepada penderitaan itu, sampai-sampai telah mengabaikan kebahagian yang ada, akibatnya penderitaan itu kelihatan besar. Hal inilah yang membuat kita kurang bersyukur kepada nikmat Allah SWT. Semoga dengan sedikit mengubah sudut pandang kita, membawa kita menjadi hamba yang bersukur. Amin !!
Agar lebih jelas, mari kita lihat contoh yang lain, mungkin kita pernah memiliki barang yang mewah atau sangat berharga misalnya saja kita memiliki mobil baru dengan harga yang mahal, tiba-tiba saat membersihkannya, kedapatan suatu goresan tipis pada mobil tersebut, bagaimana sedih rasanya dan mungkin bercampur dengan kemarahan, malah kita mungkin merasa bahwa akibat goresan itu, mobil itu telah kehilangan sesuatu yang besar. Itulah suatu contoh lain Missing Style Syndrome. Pada beberapa kesempatan, saat saya bertemu dengan teman yang mengalami hal seperti itu, dengan bercanda saya mengatakan " setelah mobil anda tergores, memangnya mobil anda sudah bukan mobil lagi atau telah berubah menjadi motor?".
Atau kita punya rumah bagus dan kita merasa kurang puas hanya karena pada salah satu sudut dinding rumah tersebut kurang rata. Mungkin kita merasa tidak senang jika jangan sampai dilihat oleh orang lain yang masuk ke rumah tersebut, padahal bagian tersebut belum tentu terlihat oleh orang yang masuk ke rumah tersebut. Kita merasa hal kecil, sesuatu hal yang besar. Itulah Missing Style Syndrome. Itu terjadi karena hal kecil tersebut telah menyita seluruh perhatian kita sehingga terlihat besar dan telah melupakan hal berharga yang lainnya.
Dalam kehidupan ini terkadang seseorang ditimpa suatu musibah atau cobaan berupa penderitaan misalnya, sehingga seluruh perhatian tertuju kepada penderitaan itu, sampai-sampai telah mengabaikan kebahagian yang ada, akibatnya penderitaan itu kelihatan besar. Hal inilah yang membuat kita kurang bersyukur kepada nikmat Allah SWT. Semoga dengan sedikit mengubah sudut pandang kita, membawa kita menjadi hamba yang bersukur. Amin !!
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete