Beberapa waktu yang lalu, saya mengalami batuk, setelah sebelumnya demam dan beringus. Batuk itu cukup mengganggu baik saat beraktivitas ataupun saat tidur, terkadang begitu parahnya, tenggorokan dan dada mulai sakit. Sebenarnya saya sudah minum obat batuk cair (sirup), meskipun saya tidak terlalu senang dengan obat sirup, selain rasanya juga menimbulkan ngantuk dan kadang-kadang berdebar-debar (palpitasi). Tapi batuknya tidak ikut mereda, malah kadang semakin mengganggu. Sehingga saya memutuskan untuk mencari solusi alternatif.
Saya berpikir, mungkin dengan membuat tubuh saya rileks, saya menjadi lebih nyaman maka batuk bisa teratasi. Biasanya cara yang saya gunakan untuk membuat tubuh saya menjadi kondisi seperti itu, rileks dan nyaman, adalah dengan menarik napas yang dalam beberapa kali, kemudian menghembuskannya perlahan-lahan, sambil merilekskan tubuh dan pikiran, serta perhatian saya arahkan ke irama pernapasan saya, sehingga saya perlahan-lahan mulai merasa rileks dan nyaman (self hypnosis). Batuk memang mulai berkurang dan mereda, tapi ternyata hal itu hanya sementara, akhirnya batuk lagi. Terkadang karena begitu terganggunya, emosi kita mulai terlibat dan bisa jadi mulai marah-marah atau paling tidak mengeluh, kok ini batuk tidak mau mereda. Ini bisa menjadi kendala nantinya. Salah satu fenomena batuk yang biasa juga kita lihat adalah batuk kecil yang akan diikuti dengan batuk-batuk berikutnya sehingga menjadi batuk besar yang mengganggu. Sehingga dibutuhkan teknik untuk meredam batuk sejak awal.
Untungnya, saya teringat dengan buku " Monster and Magical Sticks" bahwa seseorang saat sedang sakit, maka preferensi modalitas akan beralih ke kinestetik. Maka saya mulai memutuskan untuk mengembangkan modalitas lain yaitu visual dan auditorik. Sambil duduk di kursi, saya mulai fokuskan pandangan saya pada suatu objek di depan, kemudian saya melihatnya atau memperhatikannya secara detail (warna, tekstur, bentuknya dll) sehingga objek tersebut membuat "Absorb the attention". Perlahan-lahan tambahkan modalitas auditorik sehingga lebih powerful, tapi modalitas auditorik jangan sampai berlebihan, tetap Visual > Auditorik dan pertahankan agar tidak masuk ke ranah kinestetik. Alhamdullillah, batuk berhasil teratasi.
Tentunya, setelah melihat deskripsi di atas, mungkin ada yang berpendapat bahwa bagaimana kalau objek yang menjadi fokus perhatian adalah sebuah acara TV yang menarik? tentunya akan lebih baik. Jika batuk itu terjadi saat ingin istirahat misalnya pada malam hari, anda bisa nonton acara TV tersebut sekitar 1 jam sehingga mulai merasa mengantuk lalu tidur. Tentu, kita pernah melihat ataupun mengamati bagaimana anak yang sebenarnya mengalami batuk, pas saat bermain dengan bonekanya ataupun dengan mainannya, anak tersebut lupa untuk batuk, ketika di rumah pada malam hari, baru teringat untuk batuk. Hal yang sederhana tapi juga sangat berperan adalah hindari untuk menanyakan batuk seseorang, karena pertanyaan itu sendiri membuat dia batuk.
Jika kita menghubungkannya dengan istilah downtime dan uptime yang mungkin kita sudah familiar dengan istilah ini. Saat kita fokus pada kondisi internal dalam diri kita, maka dikatakan kita dalam kondisi downtime yang membuat kita menjadi lebih kinestetik sehingga tidak efektif mengatasi batuk dan sebaliknya saat kita fokus pada kondisi lingkungan sekitar kita, yang disebut dengan uptime, yaitu dengan melihat atau memperhatikan kondisi eksternal secara detail hingga mengambil perhatian kita sepenuhnya, maka kita menjadi lebih visual dan ternyata dapat membantu untuk mengatasi batuk. Jadi saat batuk dan anda ingin mengatasinya, masuklah dalam kondisi uptime. Semoga mencerahkan dan bermanfaat!.
0 comments:
Post a Comment