Mungkin keluhan yang paling sering dikemukakan oleh seorang pasien kepada dokternya adalah pusing. Namun bagaimana kita bisa menjelaskan hal tersebut bisa terjadi ? tentu kita bisa menganalisanya dari berbagai aspek. Mari kita coba melihat dari aspek linguistiknya.
Jika kita merenungkan sejenak, ternyata sebagian besar masyarakat kita, tidak mampu menggunakan kata pusing dengan tepat dan bijak. Hal itu berlangsung tanpa kita sadari. Kita bisa melihat bahwa terdapat kecenderungan di dalam masyarakat untuk menggunakan “language pattern” yang kurang sehat, misalnya :
“Dokter, saya pusing lihat anak saya, nakal sekali tidak mau dilarang” atau
“ Saya pusing lihat soal matematika ini, terlalu sulit untuk dijawab” atau
“Saya pusing cari alamat rumah anda”
mungkin kita kurang selektif dalam menggunakan kata pusing dalam aktivitas sehari-hari, barangkali lebih baik jika kita menggunakan kata bingung untuk mengganti kata pusing pada kondisi tersebut. Tapi bisa jadi pusing itu berawal dari bingung?...
Ada satu kata lagi yang sering kita dengar di masyarakat yang kurang sehat yaitu lupa,misalnya HP atau kunci ketinggalan di rumah lalu secara spontan kita berucap “ Aduh, saya lupa HP saya “ atau semacamnya mungkin kata lupa akan lebih baik diganti dengan ‘Saya baru ingat’ jadi ucapannya menjadi “ Aduh, saya baru ingat HP saya” Bisa dibayangkan kalau tiap hari kita mengucapkan kata lupa, maka sebenarnya kita sudah mengsugesti diri kita bahwa kita memang pelupa. Bukankah orang yang sudah mulai mengeluh pelupa, meskipun belum ditemukan bukti objektif, sudah termasuk grade 2 menurut Global Deterioration Scale (GDS)
Marilah mulai untuk menata linguistik kita, agar bisa hidup lebih sehat.
0 comments:
Post a Comment