Bahasa merupakan hal yang penting dalam berkomunikasi, baik itu bahasa verbal maupun non-verbal. Kemampuan berbahasa manusia sangat luar biasa dibanding mahluk Tuhan yang lainnya, hal ini karena manusia mempunyai cortex cerebri (=permukaan terluar otak besar) yang lebih baik. Di dalam ilmu neuroscience, bahasa termasuk salah satu fungsi kortikal luhur (High Cortical Function). Gangguan berbahasa harus dibedakan dengan gangguan berbicara, karena merupakan sesuatu hal yang berbeda. Salah satu kemampuan berbahasa yaitu kemampuan manusia untuk memberikan nama ke suatu benda (=kemampaun menamai), sehingga menjadi cikal bakal terbentuknya bahasa verbal.
Sebelum manusia diciptakan oleh Allah di bumi, telah terjadi dialog antara Allah SWT dengan malaikat, yang mana malaikat protes karena manusia itu suka berbuat kerusakan. Tapi Allah menjawabnya “ Saya lebih tahu dari apa yang kamu tidak ketahui”, lalu Allah mengajarkan manusia beberapa nama-nama benda dan manusia sanggup mengulanginya kembali, sedangkan para malaikat tidak sanggup melakukannya. Akhirnya para malaikat bersujud. Subahanallah!!! Hal ini dimungkinkan karena manusia mempunyai cortex cerebri. Kalau kita merenungkan kejadian tersebut lebih dalam, maka tak ada kata yang patut diucapkan selain Subahanallah. Renungkanlah, bahwa sesungguhnya itulah fungsi bahasa, yang telah dipergunakan oleh rekan-rekan NLP.
Tapi ada satu hal yang ingin saya sampaikan yaitu bahasa makna, saya kurang tahu masuk kategori mana, verbal atau non-verbal ataukah bukan kedua-duanya. Bahasa makna ini ada juga yang memberi istilah Bahasa rasa, atau rekan-rekan punya istilah sendiri tentang hal ini. Bahasa makna ini adalah bahasa universal yang dapat dipahami oleh semua orang dari semua kalangan termasuk bayi yang belum dapat berbicara sekalipun, dapat dipahami oleh orang indonesia meskipun dari suku yang berbeda termasuk orang asing, juga dapat dipahami oleh hewan, tumbuhan malah menurut pendapat saya,benda matipun dapat memahaminya. Bahasa makna ini mulai terbentuk semenjak kita ada kontak dengan dunia luar malahan sekarang ada yang berpendapat semenjak dalam kandungan, sehingga kita bisa memerintahkan anak yang masih dalam kandungan untuk menggerakkan tangan atau kakinya, wanita muslim saat hamil dianjurkan banyak membaca Al-quran (terutama surah Maryam).
Mari kita ambil contoh bagaimana terbentuknya kata pulpen, maka yang pertama kali terbentuk adalah makna/kesan dari pulpen tersebut, setelah itu karena kita orang Indonesia maka kita menyebutnya dengan pulpen, kalo orang asing mungkin menyebutnya dengan pen, dst. Sehingga dengan siapapun kita dapat berkomunikasi dengan bahasa tersebut meskipun tanpa berkata apapun.
Mungkin kita masih ingat dialog antara Nabi Sulaiman dengan semut, pertanyaannya sekarang, mereka itu menggunakan bahasa apa? Bahasa arab atau bahasa semut? Kalo menurut pemahaman saya, itu adalah bahasa makna, yang dipahami oleh seluruh mahluk. Untuk menyampaikan rasa sayang kita kepada kucing, kita tidak perlu susah-susah mencari kata yang tepat untuk itu, cukup dengan mengelus-elus kucing tersebut atau dengan hanya menggendongnya saja maka kucing akan sangat paham. Itulah bahasa makna atau rasa.
Bagaimana dengan tumbuhan?saya pernah mendengarkan ceramah seorang ustadz tentang pengalamannya berdialog dengan pohon pisang di belakang rumahnya, pohon pisang tersebut sudah 10 tahun lebih belum pernah berbuah, akhirnya setiap pagi Beliau kunjungi pohon pisang tersebut dan mengatakan “ Hai pohon pisang, berbuahlah engkau, supaya bisa bermanfaat untuk orang lain” sambil mengelus-elus salah satu daunnya, dan Subhanallah, tidak lama setelah itu pohon pisang tersebut berbuah. Akhirnya dengan pengalaman tersebut, saya lakukan juga pada pohon mangga didepan rumah saya, malah orang sudah mengatakan bahwa pohon mangga itu sudah mau mati, daunnya sudah kering ,hitam dan tingginya masih 50 cm, suatu waktu saat keluarga ada didalam rumah (karena malu nanti disangka orang gila!), dengan ucapan yang sama sambil mengelu-elus dengan penuh rasa, bicaranya pun dalam hati,tidak dengan mulut. Alhamdulillah, tidak cukup sebulan, tumbuh daun-daun yang baru, pucuk yang baru dan sekarang sudah tinggi malah sudah berbuah, saya sudah menikmati buahnya. Subhanallah, saya semakin yakin dengan kebesaran Allah, itulah bahasa makna atau bahasa rasa (menurut pemahaman saya). Bagaimana dengan rekan-rekan yang lain, punya pengalaman yang sama? Atau punya istilah yang lain terhadap bahasa tersebut?.Bagaimana bahasa makna dengan benda mati, mungkin pada kesempatan berikut, supaya tidak kepanjangan.
0 comments:
Post a Comment