English Version

Baca Juga

Tuesday, September 4, 2012

Application of NLP in Medical Practice


By on 7:34 AM

Pernah pada suatu hari, terjadi sebuah percakapan singkat antara seorang tabib dan seorang pengdo’a saat keduanya ingin mencoba mengobati sang raja yang sementara sakit. Sang Tabib berkata kepada sang pengdoa tersebut dengan nada sedikit menyindir, “Wahai sang pengdoa, saya akan mengobati sang raja dengan ramuan-ramuan terbaru yang saya ketahui, bagaimana dengan Anda? Bagaimana bisa sang raja bisa Anda sembuhkan dengan caramu yang hanya mengandalkan kalimat-kalimat yang Anda ucapkan? Lebih baik Anda pulang saja, karena usahamu akan sia-sia”.
Sang pengdoa saat mendengar sang tabib berkata seperti itu, tidak serta merta membuatnya marah, dengan nada yang tenang, maka sang pengdoa tersebut menjawab, “Baru kali ini, saya menemukan seorang manusia yang paling bodoh di dunia seperti Anda”. Ketika sang tabib mendengar jawaban seperti itu, tiba-tiba sang tabib menjadi gusar dan marah besar, mukanya menjadi merah, matanya melotot tajam, detak jantungnya menjadi cepat, demikian pula dengan napasnya serta badannya menjadi gemetar. Sang pengdoa saat melihat sang tabib seperti itu, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, lalu kemudian dia berkata, “Sang tabib, coba anda lihat bagaimana pengaruh dari kalimat-kalimat yang saya ucapkan bisa membuat perubahan pada fisik dan mental Anda”.

Dari cerita di atas, dapat kita lihat bagaimana kalimat-kalimat yang kita ucapkan bisa mempengaruhi mental dan fisik seseorang. Mungkin juga Anda akan teringat dengan sebuah penelitian tentang bagaimana sebuah kata/kalimat bisa mempengaruhi struktur molekul air. Kata-kata yang baik yang diucapkan pada segelas air akan menghasilkan molekul air yang indah. Demikian pula sebaliknya kata-kata yang buruk akan menghasilkan molekul air yang amburadul. Hal ini memperlihatkan sekali lagi bagaimana sebuah kalimat atau perkataan akan mempengaruhi sesuatu.

Pada awalnya, kebanyakan orang beranggapan bahwa otak atau fisik bisa mempengaruhi mental seseorang. Namun, seiring dengan berkembangnya penelitian tentang brain and mind, maka ternyata pikiran pun mampu mempengaruhi bahkan mengubah otak atau fisik Anda. Jadi semakin bisa dipahami bahwa antara otak dan pikiran memang saling mempengaruhi. Otak bisa mempengaruhi mental dan demikian pula sebaliknya pikiran mampu mempengaruhi otak atau fisik Anda.

Timbul sebuah pertanyaan, bagaimana bisa menjelaskan bahwa pikiran bisa mempengaruhi fisik seseorang? Ernest Rossi menjelaskannya dengan sangat baik dalam bukunya Psychobiology of Gene Expression. Di dalam buku tersebut, beliau memperkenalkan teori Limbic-hyphothalamic pathway. Secara berurutan, sistem limbik akan mempengaruhi hypothalamus yang berperan dalam fungsi sistem endokrin dan sistem otonom dalam tubuh kita. Hypothalamus ini kemudian memberikan sinyal kepada hipofise untuk mengeluarkan produk kimiawi untuk mempengaruhi kelenjar endokrin sehingga pada akhirnya akan memproduksi hormon. Hormon ini akan memberikan pengaruh kepada organ tubuh hingga ke tingkat sel malah sampai level genetik yaitu ekspresi genetik. Hal inilah yang dikenal sebagai the new-neuroscience atau mind-gene. Suatu hal yang mungkin tidak terpikirkan yaitu apa atau siapa yang mempengaruhi sistem limbik ini? Sebenarnya sistem limbik akan bekerja sesuai dengan persepsi seseorang dan itu adalah hasil kerja pikiran. Disinilah peranan NLP dan hypnosis dalam mengelola pikiran kita.

Fenomena lain yang menarik untuk dikaji dan dikembangkan lebih jauh adalah efek plasebo. Beberapa orang yang menderita penyakit yang sama diberikan obat yang persis sama ternyata dapat memberikan efek terapi yang berbeda. Hal yang sama diperlihatkan pada orang yang meyakini diberikan obat tertentu ternyata dapat memberikan efek terapi seperti obat yang sesungguhnya. Tapi apa yang terlintas dalam pikiran anda saat mendengar plasebo? mungkin terbayangkan obat dalam bentuk capsul yang isinya hanyalah glukosa. Padahal sebenarnya placebo tidak selamanya identik dengan capsul. Richard Bandler pernah menggunakan apel sebagai pengganti capsul untuk mendapatkan efek plasebo. Jadi sebenarnya kita harus lebih kreatif untuk mencari media yang bisa dipergunakan untuk mendapatkan efek plasebo. Lakukanlah utilisasi media yang diyakini seseorang untuk mendapatkan efek plasebo.

Atas dasar itulah, mengapa beberapa praktisi NLP membuat suatu Society of medical NLP, yang mendapat approved langsung dari Richard Bandler (society of NLP) yang diprakarsai oleh Garner Thompson. Hal tersebut bisa kita ketahui dari buku yang dikarangnya “Magic in Practice” atau melalui website www.medicalnlp.com. Mengapa NLP sangat menjanjikan dan malah dikatakan “magic”? itu karena NLP termasuk pendekatan yang sifatnya non-pharmacologic, non-invasive dan non-toxic. Kekuatan NLP terletak dalam komunikasi yang baik yang terbentuk antara pasien dan dokter melalui presisi bahasa yang dipergunakan.

Sudah menjadi suatu standar dalam praktek dokter, setiap pasien terlebih dulu akan dilakukan anamnesis untuk mendapatkan data-data seputar keluhan yang disampaikan, setelah itu dilakukan pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang dan setelah dirasa cukup maka ditegakkanlah diagnosa dan diakhiri dengan terapi. Dari tahap-tahap tersebut, pada tahap mana NLP bisa berperan ?. Sebenarnya NLP bisa diapplikasikan pada setiap tahap, terutama pada tahap anamnesis dan terapi. Malah, sebenarnya saat tahap anamnesis, proses terapi sudah bisa dimulai dan hal yang paling mengasyikkan adalah terkadang sang pasien tidak sadar bahwa sebenarnya proses terapi sudah dimulai padahal semuanya telah berlangsung seperti hanya sebuah percakapan biasa. Terdapat banyak hal dari NLP yang bisa diterapkan, mulai dari presupposisi NLP, rapport, submodalitas, metafora, hingga penggunaan meta model dan milton model. Namun terkadang untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, teknik-teknik NLP dilakukan dalam kondisi trance.

 Hal yang menarik untuk kita cermati adalah tanpa kita sadari seringkali pasien datang dengan metafora-nya.  Pasien melakukannya tentu dengan maksud agar supaya keluhan yang dirasakannya lebih bisa dipresentasikan atau dikomunikasikan ke sang dokter. Cuman sayangnya, sang dokter kebanyakan tidak menyadarinya padahal metafora tersebut kita bisa utilisasi dalam proses terapi nantinya. Sehingga metafora pasien tersebut sebenarnya sangat bermanfaat. Sebaliknya, tanpa disadari sang dokter juga terkadang menggunakan metafora untuk menyampaikan suatu diagnosa kepada pasiennya. Tapi kalo sang dokter tidak berhati-hati dalam memilih suatu metafora, malah bisa semakin memperburuk kondisi si pasiennya. Tentu kita pernah mendengar seorang dokter mengatakan kepada pasien yang mengalami masalah pada jantung dengan ucapan, ”Pak, jantung Anda membengkak” atau “Pak, Jantung Anda bocor”. Tentu dokter bermaksud agar si pasien bisa lebih memahami penyakit yang dideritanya. Tapi perlu kita ketahui bahwa kata bengkak dan bocor punya makna yang lain. Disinilah peranan melakukan presisi terhadap bahasa yang akan dipergunakan. Padahal metafora tersebut bisa juga kita gunakan dalam proses terapi. Milton Erickson dikenal sangat piawai menggunakan metafora untuk suatu proses terapi.

Meta model dalam NLP sangat asyik dipergunakan saat proses history-taking (anamnesa). Dengan meta model, seorang dokter akan dapat melakukan proses wawancara lebih cermat dan sebenarnya proses terapi sudah bisa dimulai, terlebih lagi jika kita kombinasikan dengan menggunakan milton model. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana mengasyikkannya praktek klinik seorang dokter saat mulai mempraktekkan setiap skill dari NLP. Hubungan dokter-pasien menjadi baik (good rapport) dan proses terapi sudah berjalan sementara pasien tidak menyadarinya, semua berlangsung secara covert dan conversational. Proses ini akan semakin powerful jika kita menambahkannya dengan clean language. Salah satu kalimat pertanyaan yang sering pergunakan saat proses anamnesa yaitu misalnya pada seorang pasien nyeri kepala, “Bagaimana Anda tahu, kalo lagi nyeri kepala?”. Apa jawaban Anda, saat mendapatkan pertanyaan tersebut? Pertanyaan yang sedikit aneh tapi cukup bermakna. Praktisi NLP biasanya mengajukan sebuah pertanyaan hanya untuk ingin mengetahui strategi yang dipergunakan pasien sehingga menimbulkan masalah. Dengan mengetahui strateginya, akan dapat membantu menyusun suatu terapi.

Tapi sangat disayangkan karena hanya sebagian kecil dokter yang mempelajari NLP dan hypnosis, padahal sangat bermanfaat. Sehingga pasien yang seharusnya mendapatkan penanganan yang komprehensif (holistic therapy) tapi sang dokter hanya fokus pada aspek fisiknya saja. Maka pasien yang datang dengan keluhan fisik yang disebabkan oleh aspek mental (psikosomatik) tidak tertangani dengan baik. Semoga ke depan, NLP dan hypnosis bisa menjadi bagian dari kurikulum pendidikan dokter di Indonesia.

Beberapa contoh kasus:
Ibu, 36 th, mengeluh pusing, melihat anaknya yang berumur 3 tahun yang selalu lompat-lompat dan tidak mau dilarang

Wanita, 25 th, kelihatan gugup dan berkeringat saat duduk di depan meja dokter

Laki-laki, 37th, tiba-tiba merasa nyeri kepala berdenyut di kantor, dan sebelum meninggalkan ruang pemeriksaan, akhirnya ketahuan terdapat faktor stres

Lk, 45th, menderita hipertensi, dan menolak untuk diperiksa tekanan darahnya.

Lk, 15th, siswa SMP kelas 2, menderita nyeri kepala, hilang timbul, datang ke UGD bersama ibunya.

Wanita, 50th, menderita nyeri kepala kronik, telah berobat ke psikiater dan dikatakan bahwa penyakitnya sudah lampu merah sehingga sekarang tidak bisa tidur.

Lk, 56th, dirawat di RS akibat tiba-tiba mengalami angina pectoris, termasuk public figur sehingga setiap harinya dijenguk oleh kerabat sekitar 50-75 orang, totalnya sampai saat ini 400 orang, saat ini masih terasa nyeri meskipun intensitasnya mulai berkurang

Lk, 52th, mengeluh pusing dan nyeri kepala sejak 3 bulan yl, penderita DM sekitar 20 tahun.

Wanita, 31th, menurutnya menderita migren, dengan faktor pencetus sinar matahari yg terik, guru olahraga.

Laki-laki, 46th, menderita nyeri kepala sejak 10th yl, setelah kepalanya dijatuhi buah kelapa.


(catatan: dibawakan saat NLP Conference ke-3, Jakarta,September 2012)

About dr. Iqbal

dr. Iqbal adalah Pemilik dari Shichida Makassar. Seorang dokter ahli syaraf.

0 comments:

Post a Comment